TEMPO.CO , Jakarta - Tahukah Anda, semakin banyak orang yang mengakses Facebook, Google, BlackBerry, Skype, atau Twitter, semakin besar beban jaringan perusahaan operator seluler.
Sementara penyedia konten yang menggunakan jaringan Internet, atau yang biasa disebut Over The Top (OTT) tadi, tidak berbagi keuntungan dengan operator seluler di negara tempat mereka diakses. "Itu karena OTT biasanya menumpang di atas infrastruktur jaringan operator dengan biaya operasional serta belanja model (capex) yang sangat rendah," kata Johnny Swandi Sjam, Ketua Komite Tetap Bidang Telekomunikasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin), dalam seminar "Resisting the Doomsday of Telco Players" di Jakarta, Rabu, 14 Maret 2012.
Menurut dia, sebagian kalangan meyakini layanan seperti Google, BlackBerry, Facebook, Skype, atau Twitter itu bakal semakin membebani jaringan operator di tahun-tahun mendatang jika masih mengandalkan jasa tradisional sebagai pengantar data.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Muhammad Budi Setyawan, menambahkan keadaan ini membuat OTT dan operator saling mengklaim hak mereka.
Operator menyalahkan OTT karena memberikan layanan secara gratis, sementara OTT menganggap pihaknya telah berkontribusi menarik pengguna layanan data bagi operator. "Solusinya adalah menerapkan interkoneksi antara operator dan OTT," ujar Budi.
Menanggapi persoalan tersebut, tiga operator seluler di Indonesia--Telkomsel, XL, dan Indosat--mengakui hal ini tengah menjadi topik hangat di kalangan operator.
Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah mengatakan selama ini OTT sering mengatasnamakan kepentingan penggunanya. "Padahal yang paling banyak diuntungkan adalah OTT," ujarnya.
Hal senada dinyatakan Harry Sasongko, Direktur Utama Indosat. "Masalah ini muncul karena pusat gravitasi Internet ada di luar Indonesia," ujarnya.
Berdasarkan analisis internal Indosat, ia menyebutkan situs yang paling mendatangkan trafik adalah situs dari luar negeri, seperti Facebook dan Google.
Hasnul Suhaimi, Direktur XL Axiata, memberikan contoh jenis kerja sama yang dijalani antara pihak operator dan OTT bisa berupa pembangunan infrastruktur secara bersama-sama, atau melalui online selling.
Adapun Google sebagai pihak OTT yang hadir dalam acara ini menyatakan keberatan.
"Bisnis Google bergantung pada pengiklan. Sementara itu kondisi periklanan online di Indonesia masih sangat kecil, sehingga biarpun diadakan pembagian pendapatan, saya kira ini tidak akan menyelesaikan persoalan yang dihadapi operator," kata Michelle Guthrie, Managing Director Business Development Google untuk Asia Tenggara.
Menurut dia, yang bisa dilakukan Google adalah mengedukasi pasar dan memperdalam penetrasi penggunaan Internet di Indonesia. "Karena kami yakin Internet adalah kunci dari pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujarnya.
Saling klaim antara OTT dan operator seluler juga menjadi isu hangat yang dibahas dalam acara Mobile World Congress di Barcelona, Spanyol, akhir Februari lalu.
Comments
Post a Comment